TUGAS PENDIDIKAN APRESIASI SENI
KARAWITAN
PERTUNJUKAN SENI KARAWITAN DI ISI
SURAKARTA
Disusun Oleh:
Nama : Monica Yayang
NIM : A510120240
Kelas :
IV F
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Seni budaya di Indonesia sangatlah
beraneka ragam. Ada seni lukis, seni suara, seni tari, dan seni musik. Beraneka
ragamnya seni di Indonesia disebabkan oleh banyaknya budaya yang berkembang di
Indonesia. Budaya-budaya itu muncul karena banyaknya suku/daerah yang ada di
Indonesia dan setiap suku/daerah pasti memiliki budaya sendiri atau memiliki
suatu icon yang dijadikan sebagai ciri khas. Salah satu daerah di Indonesia
adalah Jawa Tengah. Jawa Tengah sangat terkenal dengan budayanya yang lembut,
halus, sopan, dan santun. Jawa Tengah juga terkenal akan kekhasan seni
musiknya. Seni musik yang ada di Jawa Tengah cenderung halus, pelan namun
rumit, dan salah satu seni musik di Jawa tengah yang terkenal adalah karawitan.
Karawitan merupakan seni musik
daerah, baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan
perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Kata ngrawit yang artinya suatu karya
seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah (Soeroso:
1985,1986). Dari dua hal tersebut dapat diartikan bahwa seni karawitan
berhubungan dengan sesuatu yang halus, dan rumit. Kehalusan dan kerumitan dalam
seni karawitan tampak nyata dalam sajian gending maupun asesoris lainnya. Seni
karawitan di Jawa Tengah merupakan salah satu kekayaan khasanah budaya yang ada
di Indonesia. Terdiri dari kendang besar, ciblon, sabet, ketipung, bonang barong,
bonang penerus, gender barung, gender penerus, demung, saron barung, saron
penerus, slentem, kethuk, kempyang, kempul, gong suwukan, gong besar, kenong,
rebab, siter, suling dan gambang.
Sekolah Musik Karawitan merupakan
sekolah yang mempelajari musik karawitan sebagai suatu ilmu dan keahlian.
Sekolah Musik Karawitan bertujuan menghasilkan seseorang yang dapat memainkan karawitan
dengan baik dan benar serta sesuai dengan pekem-pakemnya, juga untuk
melestarikan seni musik khususnya seni karawitan yang ada di Jawa Tengah. ISI (Institut
Seni Indonesia) Surakarta merupakan salah satu sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan musik karawitan yang ada di Jawa Tengah. Dengan adanya pementasan
karawitan dan musik kontemporer yang diselenggarakan di ISI Surakarta, kami
mahasiswa program studi PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta memperoleh
tugas untuk mengamati pertunjukan seni karawitan dan pertunjukan seni musik
kontemporer yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 11 April 2014 untuk pertunjukan
seni karawitan dengan konsep seni karawitan tradisional dengan gending-gending
Jawa dan hari Rabu, 16 April 2014 untuk pertunjukan seni musik kontemporer
pukul 19.30 WIB.
Pementasan pertama:
Jum’at, 11 April 2014 pukul 19.30 WIB.
Pada pementasan hari pertama yang
dipertunjukkan berupa seni karawitan tradisional. Dalam pertunjukan tersebut
terdengar lantunan lagu macapat yang sangat indah dan diiringi dengan gamelan
yang ada. Beberapa orang pengrawit memainkan perannya masing-masing secara
bersama sehingga menghasilkan suatu perpaduan instrumen musik atau harmonisasi
yang sangat indah. Selain itu pengrawit juga menggunakan pakaian adat Jawa yang
terlihat begitu menawan. Dari pengamatan yang dilakukan pada hari pertama akan
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1.
Alat
musik/ Instrumen:
Pada
pementasan ini konsepnya berupa seni karawitan tradisional yang menggunakan
lagu-lagu Jawa yang telah ditetapkan, maka instrumen utama yang digunakan
adalah gamelan ageng yang meliputi bonang, kendang, gender, balungan, kethuk,
kempyang, slentem, kempul, gong suwukan, gong besar, kenong, sitter, rebab,
gambang, dan suling.
2.
Pakaian:
Pakaian
yang dikenakan pengrawit pada hari pertama berupa pakaian adat Jawa Tengah.
Pakaian yang dikenakan sangatlah cocok dan menyatu mengingat konsep yang
diangkat berupa seni karawitan tradisional dengan lagu-lagu Jawa. Para
pengrawit putri dan pesinden mengenakan pakaian kebaya bludru berwarna merah
dan sebagian mengenakan kebaya bludru warna hitam dengan bawahan jarik wiron
bermotif batik. Pada bagian kepala rambutnya disasak kemudian digelung
(sanggul) serta menggunakan aksesoris berupa perhiasan seperti subang, cincin,
dan kalung. Sedangkan untuk pengrawit laki-laki mengenakan atasan beskap
tangkep berwarna hitam lengkap dengan blangkon dan keris serta bawahannya
mengenakan jarik sogan.
3.
Panggung
pementasan:
Penataan
panggung sangat sesuai dengan konsep yang ada. Panggung tersusun secara rapi
dan teratur. Di panggung terlihat ada satu perangkat gamelan yang digunakan
untuk pementasan dan tidak ada peralatan tambahan. Setiap ada pergantian
penyaji, tata gamelanpun ikut diubah sesuai dengan kebutuhan penyaji.
Pementasan kedua:
Rabu, 16 April 2014 pukul 19.30 WIB.
Pada pementasan hari kedua yang
dipertunjukkan berupa seni musik kontemporer. Musik kontemporer merupakan musik
yang liar dan memiliki visi mengedepankan
sifat-sifat kekinian. Musik yang mengemuka sejak abad ke -20 di
Indonesia ini muncul akibat pertemuan dua tradisi, yaitu tradisi
budaya Indonesia dan tradisi budaya
Eropa. Pertemuan musik etnik
yang beraneka ragam di
Indonesia dengan musik
klasik dari Eropa telah banyak memberikan warna baru, sehingga banyak
komponis-komponis dari Barat
maupun Indonesia mengkolaborasikan dua kebudayaan ini. Eksperimen inilah
selanjutnya menghasilkan musik yang
kebanyakan orang mengatakan sebagai musik baru,
musik inovatif, atau
musik ekspeimental. Dalam pementasan hari kedua ini saya akan menyoroti
pementasan pertama yang bertema “kluthekan”.
1.
Alat
musik/ Instrumen:
Pada
pementasan ini alat musik gamelan sudah tidak diutamakan lagi. Penyaji
menggunakan instrumen dari alat musik perkusi. Penyaji menggunakan perkusi
untuk menyesuaikan dengan tema yang dibawakan. Instrumen dari pertunjukan ini
berasal dari suara-suara yang muncul di sebuah warung tahu kupat yakni berupa
suara cakap-cakap antara penjual dan pembeli, suara piring dan sendok, suara
air mendidih, suara gemricik air, hingga suara pisau saat memotong sayuran. Irama
yang dihasilkan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, kadang pelan,
kadang keras, namun meskipun demikian musik yang dihasilkan tetap indah dan
teratur.
2. Pakaian:
Pakaian yang
dikenakan bukan lagi kebaya dan beskap, melainkan berupa pakaian sehari-hari
yang mencerminkan pakaian yang dikenakan pedagang tahu kupat seperti daster,
kaos oblong, celana pendek serta lap yang tersampir di pundak. Sedangkan untuk
pembeli mengenakan pakaian sesuai perannya masing-masing.
3. Panggung pementasan:
Tata panggung sangat
menyesuaikan tema yang sedang diusung. Di panggung pementasan terlihat ada satu
set perlengkapan yang biasanya terdapat dalam warung tahu kupat seperti
gerobak, meja, kursi, dapur yang berisi kompor, alat penggorengan, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar